Rabu, 24 Februari 2016

FF Coffe luhan



 Sebenarnya ini ff lama yg udh aku publish di facebook

Nggak sengaja dengerin Coffe nya BTS jd dapet pencerahan untuk membuat cerpen ini, haha walaupun ntar amburadul dibaca aja ya.
dan buat adikku yg paling cantik, ini cerpennya khusus untukmu hahaha XD *ketawaevil


Happy Reading


~Widia pov~

Dipagi yg cerah ini aku berjalan dengan riang dan ceria, entah dorongan dari mana kakiku selalu melangkah dengan riang.
ah... iya kenalan dulu yuk, hai namaku Widia dan sekarang aku sedang menuju cafe tempatku bekerja.
tidak ada yg special dalam hidupku ini.
apa mungkin karna aku tidak mempunyai kekasih? tapi biarkan saja aku tidak pernah memusingkan tentang hal itu.


*****


Tak terasa akhirnya aku sampai juga dicafe tempatku bekerja.
"pagi Widia, tumben gak telat?"
baru saja aku masuk dia sudah menyindirku seperti itu, dia adalah Ika sahabatku yg sangat baik, tapi kadang juga menyebalkan
"aku baru saja masuk udah diledekin aja" ucapku sambil mempoutkan bibirku
"aku hanya bertanya saja, apa itu salah?" ucap Ika dengan wajah tanpa dosanya
gadis ini benar-benar membuat pagiku berantakan, apa dia tidak tau jika aku sudah bersusah payah membangun semangatku di pagi ini? tapi kenapa dia tetap saja membuatku kesal.
"terserah kamu ajalah Ika" ucapku meninggalkanya
"Widia,, kamu marah sama aku?" ucap Ika mengejarku

*****

"Widia, pesanan meja no 3 sudah belum?" ucap Ika menghampiriku yg sedang ada didapur yg sedang menyeduh coffe espresso pesanan pelangan
"kamu gak lihat aku sedang membuatnya sekarang?" tanyaku kesal
"apakah sudah selesai? kamu saja ya yg mengantarkanya soalnya aku harus ke toilet dulu" ucap Ika sambil berlari meninggalkanku
Dasar gadis itu, selalu saja bertindak seenak jidatnya aja.
yah, dengan terpaksa aku harus mengantarkan espresso ini sendiri.
maklumlah cafe ini bisa dibilang kecil, dan pegawai disini hanya aku dan Ika saja.
"permisi, ini pesanan anda tuan" ucapku menaruh secangkir coffe espresso di atas meja
"terima kasih" ucapnya sambil tersenyum, Tampan, satu kata yg tiba-tiba merasuki otakku, entahlah rasanya disekitarku tidak ada oksigen untuk membuatku bernafas, astaga aku bisa kehabisan nafas jika terus menatap lelaki tampan ini. aku sebenarnya ingin segera pergi dari tempatku sekarang, tapi entah kenapa kakiku seperti sudah di paku di lantai sampai membuatku tak bisa bergerak sama sekali.
"nona, apa kau baik-baik saja?" tanyanya menatapku dengan heran
"ah,, saja baik-baik saja, maaf tuan selamat menikmati" ucapku tersenyum dan berlalu pergi kembali ke dapur.


*****

Yah, disinilah aku di meja kasir yg langsung berhadapan dengan lelaki tampan yg ku temui tempo hari. sudah beberapa hari ini dia rutin mengunjungi cafe ini dan dia slalu memesan coffe espresso dan aku? tentu saja aku akan dengan senang tiasa memandanginya tanpa berani menyapa ataupun hanya tau namanya saja.
apakah aku salah jika hanya mengaguminya? sebenarnya di lubuk hatiku aku ragu jika dia masih sendiri, karna lelaki dengan wajah sesempurna dia mana mungkin tidak mempunyai kekasih.
Dia benar-benar sangat tampan, rambut merahnya yg berkilau karna terpaan sinar matahari, mata sipitnya bercahaya, hidungnya yg mancung, dan jangan lupakan bibir tipisnya yg menawan apalagi jika senyum sedang menghiasi bibirnya, itu sungguh bisa membuat hatiku seketika menjadi hangat.
"maaf nona, apakah kau bisa memberikanku espresso lagi?"
"eoh?" ucapku kaget, ya tuhan dia ada di depanku sekarang
"ehem, nona" dia berdehem dan itu sukses mengembalikanku ke alam sadarku
"ah maaf tuan, ada yg bisa saya bantu?" ucapku tersenyum berusaha agar dia tidak menyadari jika aku sedang gugup bila mata sipit itu tepat menatap mataku
"aku pesan satu coffe espresso lagi" ucapnya sambil tersenyum manis
"saya akan segera mengantarkanya, silakan tunggu sebentar tuan" ucapku berdiri dan segera menuju dapur untuk membuatkan coffe espresso kesukaan Prince Espresso ku, apakah aku boleh menyebutnya dengan sebutan itu?

"Huft... akhirnya selesai juga, cantik kan?" gumanku sambil memandangi espresso buatanku "Prince Espresso aku datang"

"permisi tuan ini espresso pesanan anda" ucapku memberikan senyum terbaikku
"terima kasih" ucapnya membalas senyumku. oh tuhan kenapa dia semakin hari semakin tampan saja, aku harus cepat-cepat pergi dari sini, jika aku masih berlama-lama disini bisa-bisa aku terkena serangan jantung yg membahagiakan :)
"hmm,,, nona" ucapnya menghentikan langkahku
"ya?" jawabku seadanya
"lain kali jangan melamun lagi ya" dia menasehatiku sambil tersenyum
"eoh? iya tuan" jawabku kikuk


*****


Sudah beberapa hari ini aku tak melihat Prince Espresso ku, aku jadi bosan sepertinya aku sudah benar-benar terjangkit virus mala rindu haha :D
aku benar-benar merindukan Prince Espresso ku, merindukan tatapan mata teduhnya, senyuman manisnya.
ya tuhan, aku benar-benar sudah gila sekarang
"Widia, aku pulang dulu ya, selamat bersenang-senang" ucap Ika yg langsung berlari keluar sebelum aku memukul kepalanya
"kenapa aku mempunyai sahabat yg sangat menyebalkan seperti dia" gerutuku sambil terus membersihkan cafe. yah, aku ditinggal sendirian di cafe oleh Ika.
dan aku juga harus membersihkan cafe sendirian sebelum aku menutup cafe ini. *kasian sekali nasibmu Widia ckckck*
"permisi nona apakah saya bisa memasan coffe espresso?" ucap seseorang
"maaf tuan cafenya sudah tu..." ucapku terpotong saat mataku menangkap mata teduh yg sedang kurindukan
"sudah tutup ya? apa boleh aku menunggumu disini" ucapnya menunjuk meja kasir
"eoh?" aku masih tercengang dengan perkataannya barusan, apa dia bilang ingin menungguku? Huwaa... rasanya sekarang aku sedang terbang bersama bidadari-bidadari surga.
"baiklah kalau tidak boleh, aku akan pergi saja" ujapnya dengan nada kecewa
"eh, bukan seperti itu maksud saya tuan, emb,,, bagaimana ya?" ucapku gugup
"baiklah aku menganggap jawabanmu adalah IYA, aku akan menunggu disini" ucapnya berjalan kemeja kasir lalu duduk disana.
ya tuhan ini terlalu tiba-tiba, kenapa dia tiba-tiba datang? sebenarnya aku senang jika dia datang, tapi sepertinya ini terlalu mendadak.

Setelah aku selesai dengan tugasku, dan tentunya aku sudah siap untuk pulang, aku segera menghampiri Prince Espresso ku di meja kasir.
"aku sudah selesai tuan" ucapku menghadap ke Prince Espresso ku,,,, ternyata dia sudah tertidur di meja kasir, apakah aku membuatnya menunggu lama? perlahan dengan mengumpulkan semua keberanianku aku berjalan mendekat ke arahnya, dan sekarang terpampang jelas wajah polosnya saat tertidur, entah dorongan dari mana tanganku kini berani membelai wajah tampannya, dan aku tidak menduga karna ulahku dia jadi terbangun dari tidurnya.
"maaf tuan" ucapku menunduk
"jangan memanggilku tuan, bukankah pekerjaanmu sudah selesai?" tanyanya kembali tersenyum
"iya" aku hanya menjawab sekenanya saja, tiba-tiba suasana menjadi hening, mungkin hanya suara detak jantungku yg saat ini terdengar.
"ehem, bolehkah aku tau namamu?" tanyanya memecahkan keheningan malam ini
"aku Luhan" ucapnya mengulurkan tangannya, dengan ragu aku menjabat tangannya
"aku Widia"
"ehm,, Widia sebenarnya,,,, entah aku harus mulai dari mana, tapi sejak aku melihatmu aku tertarik kepadamu, dan entah dorongan dari mana aku slalu ingin datang ke cafe ini hanya untuk melihatmu saja. Widia aku,, mencintahhmmpff.."
CHUP...
"aku juga mencintaimu Luhan" ucapku menunduk mungkin pipiku sudah merah sekarang
aku lirik Luhan yg masih setia dengan wajah keterkejutannya, bahkan aku sendiri masih tidak percaya kalau aku bisa mencium laki-laki seperti itu.
"Widia, apa yg kau lakukan?" tanyanya yg masih menatapku
"menyatakan perasaanku" ucapku masih menunduk
"kan aku belum selesai melanjutkan kata-kataku, kau menghancurkan kalimat romantisku" ucapnya kesal
"maaf" ucapku lirih, tiba-tiba tangan Luhan menangkup kedua pipiku dan mengarahkanku agar menatap matanya
"apakah kau benar mencintaiku?" tanyanya lembut, aku hanya bisa mengganguk, rasanya lidahku keluh tak bisa berkata-kata lagi
"aku mencintaimu Widia" perlahan Luhan mendekatkan wajahnya ke wajahku, bahkan sekarang aku bisa merasakan nafasnya yg menerpa wajahku, dia menutup matanya aku pun juga ikut melakukannya dalam hitungan detik bibir lembutnya telah menyentuh bibirku melumatnya lembut bahkan aku bisa merasakan darahku berdesir dan tubuhku seperti dipenuhi oleh sengatan listrik.


'Entah mengapa hati ini yg memilihmu untuk menemani hidupku kedepan, ku berikan seluruh hatiku untukmu My Prince Espresso' - Widia


'Coffe espresso yg sedikit pahit, tetapi rasa coffe espressoku selalu manis karna kau yg slalu tersenyum dalam coffe espressoku' - Luhan



THE END


hya,, kenapa jadinya seperti ini? maaf jika mengecewakan, tapi inilah hasil dari kerja otakku sendiri, maklumin aja otaknya sedang konslet kena air haha :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

FF SEVENTEEN A Night With You

A Night With You A story line by ER Ficlet || AU, Fluff || G Cast: Lee Seokmin (DK SVT) and Choi Yuna (Yuju GFriend)  Di...