Sebenarnya ini ff lama yg udh aku publish di facebook
Nggak sengaja dengerin
Coffe nya BTS jd dapet pencerahan untuk membuat cerpen ini, haha walaupun ntar
amburadul dibaca aja ya.
dan buat adikku yg paling
cantik, ini cerpennya khusus untukmu hahaha XD *ketawaevil
Happy Reading
~Widia pov~
Dipagi yg cerah ini aku
berjalan dengan riang dan ceria, entah dorongan dari mana kakiku selalu
melangkah dengan riang.
ah... iya kenalan dulu
yuk, hai namaku Widia dan sekarang aku sedang menuju cafe tempatku bekerja.
tidak ada yg special
dalam hidupku ini.
apa mungkin karna aku
tidak mempunyai kekasih? tapi biarkan saja aku tidak pernah memusingkan tentang
hal itu.
*****
Tak terasa akhirnya aku
sampai juga dicafe tempatku bekerja.
"pagi Widia, tumben
gak telat?"
baru saja aku masuk dia
sudah menyindirku seperti itu, dia adalah Ika sahabatku yg sangat baik, tapi
kadang juga menyebalkan
"aku baru saja masuk
udah diledekin aja" ucapku sambil mempoutkan bibirku
"aku hanya bertanya
saja, apa itu salah?" ucap Ika dengan wajah tanpa dosanya
gadis ini benar-benar
membuat pagiku berantakan, apa dia tidak tau jika aku sudah bersusah payah
membangun semangatku di pagi ini? tapi kenapa dia tetap saja membuatku kesal.
"terserah kamu
ajalah Ika" ucapku meninggalkanya
"Widia,, kamu marah
sama aku?" ucap Ika mengejarku
*****
"Widia, pesanan meja
no 3 sudah belum?" ucap Ika menghampiriku yg sedang ada didapur yg sedang
menyeduh coffe espresso pesanan pelangan
"kamu gak lihat aku
sedang membuatnya sekarang?" tanyaku kesal
"apakah sudah
selesai? kamu saja ya yg mengantarkanya soalnya aku harus ke toilet dulu"
ucap Ika sambil berlari meninggalkanku
Dasar gadis itu, selalu
saja bertindak seenak jidatnya aja.
yah, dengan terpaksa aku
harus mengantarkan espresso ini sendiri.
maklumlah cafe ini bisa
dibilang kecil, dan pegawai disini hanya aku dan Ika saja.
"permisi, ini
pesanan anda tuan" ucapku menaruh secangkir coffe espresso di atas meja
"terima kasih"
ucapnya sambil tersenyum, Tampan, satu kata yg tiba-tiba merasuki otakku, entahlah
rasanya disekitarku tidak ada oksigen untuk membuatku bernafas, astaga aku bisa
kehabisan nafas jika terus menatap lelaki tampan ini. aku sebenarnya ingin
segera pergi dari tempatku sekarang, tapi entah kenapa kakiku seperti sudah di
paku di lantai sampai membuatku tak bisa bergerak sama sekali.
"nona, apa kau
baik-baik saja?" tanyanya menatapku dengan heran
"ah,, saja baik-baik
saja, maaf tuan selamat menikmati" ucapku tersenyum dan berlalu pergi
kembali ke dapur.
*****
Yah, disinilah aku di meja
kasir yg langsung berhadapan dengan lelaki tampan yg ku temui tempo hari. sudah
beberapa hari ini dia rutin mengunjungi cafe ini dan dia slalu memesan coffe
espresso dan aku? tentu saja aku akan dengan senang tiasa memandanginya tanpa
berani menyapa ataupun hanya tau namanya saja.
apakah aku salah jika
hanya mengaguminya? sebenarnya di lubuk hatiku aku ragu jika dia masih sendiri,
karna lelaki dengan wajah sesempurna dia mana mungkin tidak mempunyai kekasih.
Dia benar-benar sangat
tampan, rambut merahnya yg berkilau karna terpaan sinar matahari, mata sipitnya
bercahaya, hidungnya yg mancung, dan jangan lupakan bibir tipisnya yg menawan
apalagi jika senyum sedang menghiasi bibirnya, itu sungguh bisa membuat hatiku
seketika menjadi hangat.
"maaf nona, apakah
kau bisa memberikanku espresso lagi?"
"eoh?" ucapku
kaget, ya tuhan dia ada di depanku sekarang
"ehem, nona"
dia berdehem dan itu sukses mengembalikanku ke alam sadarku
"ah maaf tuan, ada
yg bisa saya bantu?" ucapku tersenyum berusaha agar dia tidak menyadari
jika aku sedang gugup bila mata sipit itu tepat menatap mataku
"aku pesan satu
coffe espresso lagi" ucapnya sambil tersenyum manis
"saya akan segera
mengantarkanya, silakan tunggu sebentar tuan" ucapku berdiri dan segera
menuju dapur untuk membuatkan coffe espresso kesukaan Prince Espresso ku,
apakah aku boleh menyebutnya dengan sebutan itu?
"Huft... akhirnya
selesai juga, cantik kan?" gumanku sambil memandangi espresso buatanku
"Prince Espresso aku datang"
"permisi tuan ini
espresso pesanan anda" ucapku memberikan senyum terbaikku
"terima kasih"
ucapnya membalas senyumku. oh tuhan kenapa dia semakin hari semakin tampan
saja, aku harus cepat-cepat pergi dari sini, jika aku masih berlama-lama disini
bisa-bisa aku terkena serangan jantung yg membahagiakan :)
"hmm,,, nona"
ucapnya menghentikan langkahku
"ya?" jawabku
seadanya
"lain kali jangan
melamun lagi ya" dia menasehatiku sambil tersenyum
"eoh? iya tuan"
jawabku kikuk
*****
Sudah beberapa hari ini
aku tak melihat Prince Espresso ku, aku jadi bosan sepertinya aku sudah
benar-benar terjangkit virus mala rindu haha :D
aku benar-benar
merindukan Prince Espresso ku, merindukan tatapan mata teduhnya, senyuman
manisnya.
ya tuhan, aku benar-benar
sudah gila sekarang
"Widia, aku pulang
dulu ya, selamat bersenang-senang" ucap Ika yg langsung berlari keluar
sebelum aku memukul kepalanya
"kenapa aku
mempunyai sahabat yg sangat menyebalkan seperti dia" gerutuku sambil terus
membersihkan cafe. yah, aku ditinggal sendirian di cafe oleh Ika.
dan aku juga harus
membersihkan cafe sendirian sebelum aku menutup cafe ini. *kasian sekali
nasibmu Widia ckckck*
"permisi nona apakah
saya bisa memasan coffe espresso?" ucap seseorang
"maaf tuan cafenya sudah
tu..." ucapku terpotong saat mataku menangkap mata teduh yg sedang
kurindukan
"sudah tutup ya? apa
boleh aku menunggumu disini" ucapnya menunjuk meja kasir
"eoh?" aku
masih tercengang dengan perkataannya barusan, apa dia bilang ingin menungguku?
Huwaa... rasanya sekarang aku sedang terbang bersama bidadari-bidadari surga.
"baiklah kalau tidak
boleh, aku akan pergi saja" ujapnya dengan nada kecewa
"eh, bukan seperti
itu maksud saya tuan, emb,,, bagaimana ya?" ucapku gugup
"baiklah aku
menganggap jawabanmu adalah IYA, aku akan menunggu disini" ucapnya
berjalan kemeja kasir lalu duduk disana.
ya tuhan ini terlalu
tiba-tiba, kenapa dia tiba-tiba datang? sebenarnya aku senang jika dia datang,
tapi sepertinya ini terlalu mendadak.
Setelah aku selesai
dengan tugasku, dan tentunya aku sudah siap untuk pulang, aku segera
menghampiri Prince Espresso ku di meja kasir.
"aku sudah selesai
tuan" ucapku menghadap ke Prince Espresso ku,,,, ternyata dia sudah
tertidur di meja kasir, apakah aku membuatnya menunggu lama? perlahan dengan
mengumpulkan semua keberanianku aku berjalan mendekat ke arahnya, dan sekarang
terpampang jelas wajah polosnya saat tertidur, entah dorongan dari mana
tanganku kini berani membelai wajah tampannya, dan aku tidak menduga karna
ulahku dia jadi terbangun dari tidurnya.
"maaf tuan"
ucapku menunduk
"jangan memanggilku
tuan, bukankah pekerjaanmu sudah selesai?" tanyanya kembali tersenyum
"iya" aku hanya
menjawab sekenanya saja, tiba-tiba suasana menjadi hening, mungkin hanya suara
detak jantungku yg saat ini terdengar.
"ehem, bolehkah aku
tau namamu?" tanyanya memecahkan keheningan malam ini
"aku Luhan"
ucapnya mengulurkan tangannya, dengan ragu aku menjabat tangannya
"aku Widia"
"ehm,, Widia
sebenarnya,,,, entah aku harus mulai dari mana, tapi sejak aku melihatmu aku
tertarik kepadamu, dan entah dorongan dari mana aku slalu ingin datang ke cafe
ini hanya untuk melihatmu saja. Widia aku,, mencintahhmmpff.."
CHUP...
"aku juga
mencintaimu Luhan" ucapku menunduk mungkin pipiku sudah merah sekarang
aku lirik Luhan yg masih
setia dengan wajah keterkejutannya, bahkan aku sendiri masih tidak percaya
kalau aku bisa mencium laki-laki seperti itu.
"Widia, apa yg kau
lakukan?" tanyanya yg masih menatapku
"menyatakan
perasaanku" ucapku masih menunduk
"kan aku belum
selesai melanjutkan kata-kataku, kau menghancurkan kalimat romantisku"
ucapnya kesal
"maaf" ucapku
lirih, tiba-tiba tangan Luhan menangkup kedua pipiku dan mengarahkanku agar
menatap matanya
"apakah kau benar
mencintaiku?" tanyanya lembut, aku hanya bisa mengganguk, rasanya lidahku
keluh tak bisa berkata-kata lagi
"aku mencintaimu
Widia" perlahan Luhan mendekatkan wajahnya ke wajahku, bahkan sekarang aku
bisa merasakan nafasnya yg menerpa wajahku, dia menutup matanya aku pun juga
ikut melakukannya dalam hitungan detik bibir lembutnya telah menyentuh bibirku
melumatnya lembut bahkan aku bisa merasakan darahku berdesir dan tubuhku
seperti dipenuhi oleh sengatan listrik.
'Entah mengapa hati ini
yg memilihmu untuk menemani hidupku kedepan, ku berikan seluruh hatiku untukmu
My Prince Espresso' - Widia
'Coffe espresso yg
sedikit pahit, tetapi rasa coffe espressoku selalu manis karna kau yg slalu tersenyum
dalam coffe espressoku' - Luhan
THE END
hya,, kenapa jadinya
seperti ini? maaf jika mengecewakan, tapi inilah hasil dari kerja otakku
sendiri, maklumin aja otaknya sedang konslet kena air haha :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar