Everything
ER present
Baek Juho (SF9)
Liu Sally (Gugudan)
***
Jika ada orang yang paling bodoh di dunia ini, orang itu adalah aku.
Gadis bodoh yang masih mengharapkan perasaannya di balas, tapi nyatanya sampai kapan pun perasaan ku ini tak akan pernah terbalaskan, hah.. Bahkan dia tak pernah sekali pun melihat kearahku.
Kita tidak akan bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta, perasaanku ini mengalir dengan apa adanya, menyukainya karena kebaikan hatinya dan mungkin itu hanya aku yang tau. Dan aku selalu bersyukur bahwa hanya aku yang tau tentang kebaikan dan ketulusan hatinya.
“Liu Sally, tolong kau bagikan ini kepada teman-temanmu” aku pun berdiri, mengambil lembar ujian yang berada di meja Kim Saem dan berjalan perlahan membagikannya kepada teman sekelasku.
Kaki ku semakin melemas saat pandangan mataku bertemu dengannya dan juga detak jantungku yang berpacu cepat saat hanya mendengar namanya.
Dengan berbagai cara, ku netralkan sikapku agar tetap seperti biasa saat di hadapannya, walau pun sebenarnya tubuhku sudah terlalu lemas saat melihat wajah tampannya yang terlihat sangat dingin.
“Ju..Juho-ssi ini lembar jawabanmu” ku ulurkan selembar ke arahnya dan dia menerimanya tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibir tipisnya.
Aku pun menghela nafas berat dan kembali ke tempat dudukku dan mengerjakan tugasku dengan tenang.
***
Hari ini aku pulang terlambat karena harus membantu penjaga perpustakaan untuk membersihkan buku-buku disana. Langit pun sudah mulai gelap dan mungkin sebentar lagi hujan akan turun.
Ku percepat langkah kakiku saat tetes demi tetes air dari langit jatuh membasahiku, langkahku terhenti saat netraku menangkap sosok Juho yang tengah terduduk di atas trotoar dengan keadaan yang sangat kacau dan luka lebam di hampir seluruh wajahnya.
Aku ingin sekali menghampirinya, tetapi aku terlalu takut untuk berhadapan dengannya, dan sekali lagi tanpa sengaja pandangan mata kami bertemu, tatapan mata Juho terasa berbeda dari biasanya, aku tidak bisa menjelaskannya tetapi ada sesuatu dalam diriku yang mendorongku untuk menghampiri Juho, tak kuhiraukan tubuhku yang basah kuyup aku terus berjalan kearah nya dan berlutut di hadapannya.
“Apa kau baik-baik saja Juho-ssi?”
“Pergilah dari sini” suara dingin Juho membuatku yakin untuk tetap tinggal disini, seberapa kuat pun tangannya mendorong tubuhku untuk menjauh, sedikit pun aku tidak akan bergeming.
“Apa kau habis berkelahi?” ku usap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah, dan dengan cepat tanganku di tepis olehnya.
“Ini bukan urusanmu” ku peluk tubuh basah Juho dengan erat, tanpa ku sadari aku menangis melihat keadaan Juho sekarang.
Juho masih berusaha untuk melepaskan pelukanku, tapi itu tidak bisa membuatku melepaskan pelukan ku, semakin ku pererat pelukanku padanya aku hanya ingin dia merasa nyaman saat bersamaku.
“Baek Juho-ssi, apa salah jika detakan jantungku ini hanya untukmu?” air mataku semakin menetes deras saat ku bisikan isi hatiku yang ku pendam selama ini. Aku juga tidak tau apa yang sudah membuatku berani berbicara seperti itu.
Ku rasakan Juho sudah tidak memberontak lagi, perlahan ku tuntun tubuh lemahnya untuk berteduh di halte bis terdekat, aku pun mendudukannya di halte bis dan aku mulai mencari obat-obatan yang selalu ku bawa di dalam tas sekolahku dan mulai mengobati luka-luka Juho.
“Terima kasih Liu Sally” deg.. Suara lembut Juho membuatku tertegun, jantungku semakin berdegup kencang. Ini pertama kalinya Juho berbicara padaku dengan nada lembut, dan seharusnya aku juga berterima kasih padanya karena sudah menolongku saat aku tersesat dulu.
Dulu saat pertama kali aku datang ke kota ini Juho membantuku menemukan tempat tujuanku saat aku tersesat dan dia langsung pergi tanpa sepatah kata pun waktu itu. Dan sekarang kami tengah duduk berdampingan di halte bis, di temani oleh rintikan hujan yang entah kapan akan berhenti. Dan ingatlah satu hal kita hanya berdua sekarang BERDUA. Aku benar-benar tidak membayangkan bisa duduk berdampingan seperti ini bersama Juho, di tambah lagi baru saja dia memanggil namaku dengan suara lembutnya, bukan suara dingin yang sering aku dengar di sekolah, dan nyatanya kini bibirku tak pernah bisa berhenti tersenyum.
“Yak!! Aku bicara padamu! Apa kau tidak mendengarkanku?” aku terlonjak kaget saat mengetahui wajah Juho kini tepat di hadapanku dengan tatapan yang mengerikan.
“Ah.. Maafkan aku” aku menunduk malu, merutuki diriku sendiri yang terlalu jauh mengkhayalkan hal-hal yang tidak mungkin akan terjadi.
“Apa kau tidak ingin pulang?” Juho memandang ke depan, menginterupsiku untuk ikut melihat ke depan dan ternyata hujan sudah berhenti.
“Baiklah, aku pulang dulu Juho-ssi” aku hendak berdiri tapi genggaman tangan Juho mengurungkan niatku untuk beranjak pulang.
“Ada apa?” aku menatapnya dengan bingung, dan sepertinya Juho juga tengah bingung terlihat dari ekspresi nya sekarang.
“Emh.. Maukah kau menemaniku disini sebentar saja, nanti akan ku antar kau pulang” Juho menunduk dan aku pun tersenyum.
“Apa kau sedang ada masalah?” ku beranikan diri untuk bertanya padanya.
“Aku rasa kau tidak perlu tau” suasana kembali hening, perubahan sikap dingin Juho membuat udara di sekitar kami menjadi dingin juga.
Aku berpikir mungkin Juho memang sedang mempunyai masalah yang tidak bisa dia ceritakan kepadaku, tetapi aku akan tetap berada disini untuk menemaninya, walau pun hanya dengan diam.
“Ayo, aku antar kau pulang” tiba-tiba saja Juho berdiri dan berjalan mendahuluiku dan aku pun mengikutinya dari belakang.
“Liu Sally, terima kasih untuk hari ini”
“Jika kau memang butuh teman bicara, datanglah padaku aku akan mendengarkan dan membantumu” ku berikan senyum termanisku padanya, dan Juho tiba-tiba saja menghentikan langkahnya, membuatku kaget dan hampir saja menabrak dadanya.
“Sebenarnya apa arti ucapanmu tadi?” Juho menatapku dengan wajah penasaran.
“Yang mana?” aku mencoba mengingat semua yang ku katakan padanya tadi.
“Saat kau memelukku tadi”
“Eoh?” apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus mengakui perasaanku padanya? Secepat itukah?
“Se..sebenarnya aku menyukaimu Baek Juho, saat pertama kali kita bertemu dan kau menolongku saat aku tersesat dulu. Tapi jika kau terganggu dengan perasaanku, kau bisa abaikan saja perkataanku barusan, aku han…” ucapanku terpotong dan mataku melebar sempurna kala bibir tipis Juho mendarat sempurna dibibirku.
Aliran darahku mengalir dengan deras dan seperti ada beribu kupu-kupu yang beterbangan di dalam perutku. Walau pun Juho hanya menempelkan bibirnya saja tapi.. Perasaan tulusnya dapat ku rasakan dan efeknya sungguh luar biasa untukku. Aku masih terkejut saat tiba-tiba Juho melepaskan ciumannya dan berjalan meninggalkan ku.
“Yak! Baek Juho! Tunggu aku!” aku berusaha untuk mengejarnya.
“Apa maksudnya dengan ciuman tadi? Kau sudah mencuri ciuman perta…” langsung ku bekap mulutku dengan kedua tanganku, ini sungguh memalukan kenapa aku harus kelepasan bicara bahwa ciuman tadi adalah ciuman pertamaku.
Sekali lagi Juho membuatku terkejut karena tiba-tiba dia memelukku dan menenggelamkan kepalaku di dada bidangnya. Aku pun semakin memeluknya dengan erat, aku malu sekali sekarang dan mungkin saja kini wajahku tengah memerah.
“Kau bisa mendengar suara detak jantungku kan? Jantungku juga selalu berdetak dengan kencang saat berada di dekatmu, dan detakan jantungku ini hanya untukmu” aku tertegun mendengar penjelasannya dan tanpa terasa aku menangis, aku tidak menyangka bahwa perasaanku selama ini terbalaskan.
“Hey.. Kenapa kau menangis?” Juho terlihat panik saat mengetahui jika aku terisak pelan dalam pelukannya, dan dia pun menangkup wajahku tanpa melepas pelukannya.
“Tidak apa-apa aku hanya tidak menyangka jika perasaanku selama ini terbalaskan” Juho tersenyum lembut sembari menghapus airmata yang turun di kedua pipiku.
“Juho-ssi kau mencuri kata-kataku tadi” aku cemberut dan Juho terkekeh sembari mengacak pelan rambutku.
“Aku tidak mencurinya, karena memang itulah yang sedang ku rasakan” Juho semakin mengeratkan lingkarkan lengannya di tubuhku.
Ku rasakan pipiku kembali memanas dan ciuman lembut itu kembali ku rasakan dan kini Juho tersenyum di sela-sela ciumannya.
“Liu Sally, apa kau tau kenapa aku langsung meninggalkanmu waktu itu?” aku menggelengkan kepalaku dengan yakin, karena memang aku juga penasaran.
“Karena aku takut suara ku nanti akan bergetar saat berbicara padamu, dan sekarang aku bersumpah bahwa hanya aku yang boleh menjagamu” astaga Juho benar-benar membuatku malu, bahkan aku sampai tidak berani menatap kearahnya.
“Sally-ah sudah malam ayo kita pulang” Juho mengenggam tanganku hangat membuatku merasa sangat nyaman, dan kami pun pulang dengan diiringi canda tawa.
Akhirnya perasaan cintaku yang selama ini terpendam, terbalaskan juga bahkan aku tidak menyangka bahwa dia memiliki perasaan yang sama denganku, dan aku bersyukur tuhan telah mempertemukanku dengannya karena hanya dengannya lah aku merasa nyaman dan bahagia.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar