Sabtu, 16 September 2017

FF SF9 Bubble Rain


Bubble Rain

‘Jantung berkibar sesaat
Saat tetes hujan turun
tanpa peringatan
Kami berpegangan tangan dan berlari’

ER present
Kang Chani (SF9)
With
Park Xiyeon (Pristin)
Vignette || General || AU, Friendship

Happy Reading~

Taman bermain di hari libur terasa sangat penuh, dan di salah satu sudut taman bermain itu ada sepasang manusia yang tengah tertawa bahagia, menertawakan kekonyolan yang tengah mereka lakukan.

Si gadis berlarian dengan dikelilingi oleh gelembung-gelembung yang ditiup  si pemuda, rambut si gadis berkibar dengan sangat indah hingga mata si pemuda itu tertegun untuk sesaat, mengagumi betapa indahnya ciptaan tuhan di hadapannya itu.

“Kenapa kau berhenti Chani-ya?” si pemuda yang bernama Chani itu tersadar dan memberikan senyuman canggungnya, berusaha untuk menutupi keterpukauannya kepada kecantikan gadis itu.

Kang Chani dan juga Park Xiyeon ‘nama gadis itu’ adalah teman sejak kecil, dari mulai kanak-kanak sampai sekarang mereka di Senior High School, keduanya selalu satu sekolah hingga membuat mereka semakin dekat.
Bahkan rumah mereka pun berdekatan, seperti takdir hidup sudah menggariskan hubungan mereka.

Beberapa hari belakangan ini jantung Chani selalu berdebar-debar jika dia berada di samping Xiyeon, bukan tanpa alasan jantung Chani berdebar karena Xiyeon terlihat lebih cantik di mata Chani. Bahkan sehari tanpa melihat senyum ceria Xiyeon hari Chani terasa kosong, karena selama ini dia selalu menjalani hari-harinya bersama senyum ceria Xiyeon. Disaat dia ada masalah juga Xiyeon lah yang selalu berada di sampingnya. Tidak ada yang paling mengenal Kang Chani melebihi Park Xiyeon, begitu pun sebaliknya.

“Xiyeon-ah aku lelah” Chani berjalan ke arah ayunan dan segera mendudukinya, di ikuti oleh Xiyeon yang duduk ayunan sampingnya.

“Aku akan beli es krim dulu” Xiyeon sudah hendak beranjak dari duduknya tapi genggaman tangan Chani menghentikannya.

“Biar aku saja yang membelinya” Chani berdiri lalu pergi untuk membeli es krim, Chani tidak mungkin membiarkan Xiyeon berkeliaran sendirian.

Tak berapa lama Chani kembali dengan dua cone es krim yang berada di tangannya.

“Terima kasih” Xiyeon segera meraih satu cone es krim dari tangan Chani.

“Xiyeon-ah” Chani menatap Xiyeon lekat yang hanya dibalas deheman oleh Xiyeon.

“Terima kasih selama ini kau selalu menemaniku” kepala Chani menunduk, merasa malu dengan dirinya sendiri, karena sejujurnya selama ini Xiyeon lah yang membuatnya bertahan dari rasa kesepian yang selalu menghampirinya.

“Tidak usah berterima kasih, aku senang bisa menjadi temanmu yang sangat berharga” Xiyeon tertawa renyah karena ucapannya sendiri.

“Maukah kau berjanji satu hal kepadaku?” tawa renyah Xiyeon reda kala mendengar nada bicara Chani yang sangat serius.

Selama ini Xiyeon jarang sekali melihat Chani yang berbicara dengan serius, bahkan saat memperhatikan pelajaran di kelas pun Chani tidak seserius ini.

“Ada apa denganmu? Tidak biasanya kau seserius ini? Apa sesuatu sedang terjadi padamu?” Xiyeon memfokuskan pandangannya kepada Chani, dia mulai merasa jika ada yang aneh dengan Chani.

“Aku hanya ingin kau berjanji satu hal padaku..” Chani menghela nafas berat sebelum kembali menatap Xiyeon dengan teduh.
“Berjanjilah, apapun yang akan terjadi nanti kau tidak akan meninggalkanku”

Terdengar tawa renyah Xiyeon setelah Chani menyelesaikan kalimatnya, Xiyeon masih terus tertawa hingga memegang perutnya yang terasa geli dengan kalimat yang di ucapkan Chani.

“Kang Chani, sejak kapan kau bisa memohon kepada orang seperti itu?” Xiyeon berusaha untuk menghentikan tawanya.

“Aku hanya akan memohon padamu saja” Chani mengalihkan pandangannya, tak ingin Xiyeon tau kedua pipinya yang kini tengah memerah.

Seumur hidupnya Chani memang tidak pernah memohon sesuatu kepada siapapun, bahkan kepada orang tuanya sekali pun, dia terkenal sebagai anak yang baik karena sekali pun tak pernah membatah perintah orang tuanya.

“Kau pikir aku akan bisa mengerjakan semua tugas-tugasku tanpamu?” Xiyeon terkekeh ketika menyadari jika selama ini dia selalu memanfaatkan Chani agar bisa tetap naik kelas, tapi sungguh Xiyeon tidak bermaksud seperti itu.

“Maka nya kau tidak akan bisa meninggalkanku semaumu” mereka berdua pun tertawa renyah menyadari jika tidak ada yang bisa mereka lakukan tanpa salah satu diantara mereka.


Tetes demi tetes air hujan jatuh di atas kepala Chani, membuat pemuda itu menghentikan tawanya dan menatap keatas langit yang sudah mulai gelap.

“Xiyeon-ah sepertinya kita harus segera pulang, hujan akan segera turun” Xiyeon ikut memandang langit dan dengan cepat mengenggam tangan Chani, menariknya agar berlari bersamanya ketika rintikan hujan semakin deras jatuh ke bumi.

Chani tertegun merasakan jantungnya yang berdebar hangat kala tangan mungil Xiyeon mengenggam erat tangannya, tanpa sadar sudut bibirnya terangkat dia tidak ingin perasaan hangat ini cepat berakhir.
Chani semakin mengenggam erat tangan Xiyeon, mereka berlari dengan senyum yang menghiasi bibir keduanya.

Kenangan indah ini tak akan mereka lupakan sampai kapan pun, juga perasaan hangat yang tengah mereka rasakan.

***

Chani tidak bisa berhenti tersenyum, bahkan dia semakin melompat kegirangan setelah masuk ke dalam rumahnya, hatinya sangat bahagia disaat petir bersahut-sahutan di luar sana.

“Chani-ah” suara wanita paruh baya itu menginterupsi Chani untuk mengatupkan kembali bibirnya rapat-rapat.

“Bersiap-siaplah dan kemasi barang-barangmu, besok pagi-pagi sekali kita pergi ke Jepang dan akan menetap disana”

Deg

Bersamaan dengan suara petir di luar sana, hati Chani juga seperti tersambar petir bahkan beribu-ribu volt, tanpa mengucapkan sepatah kata pun Chani berjalan lemas menuju kamarnya.

Di pandanginya jendela di seberang jendela kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, di dalam jendela itu ada seseorang yang sangat dia cintai Park Xiyeon.

Baru saja beberapa menit yang lalu hatinya berbunga-bunga dan bahagia, dalam sekejap perasaan sakit itu datang, tidak ada yang bisa Chani lakukan, mau tidak mau dia harus ikut pergi bersama orang tuanya.

***

Malam ini Chani berlari keluar rumah, tak dihiraukannya tetesan air hujan yang perlahan-lahan kembali membasahi tubuhnya, dia hanya ingin menemui Xiyeon untuk yang terakhir kalinya.

Tak berapa lama Chani pun sampai di depan rumah Xiyeon, mengetuk pintu itu dan keluarlah sosok Xiyeon dengan tatapan terkejutnya.

“Kang Chani? Kenapa kau basah-basahan begini? Masuklah dulu akan ku buatkan coklat panas untukmu” dengan cepat Xiyeon menarik tangan Chani untuk masuk kedalam rumahnya.

Chani sekarang sudah lebih hangat dengan secangkir coklat panas yang berada di genggamannya.

“Apa sebegitu tak inginnya kau berpisah denganku? sampai rela hujan-hujanan lagi? Padahal kan seharian ini kau sudah bersamaku” Xiyeon terkekeh menyadari keadaan Chani yang tidak seperti biasanya.

“Besok pagi… Aku harus ikut ke Jepang bersama keluargaku” Chani menunduk tak berani menatap langsung ke arah Xiyeon.

“Bukankah sekarang belum libur musim panas? Kenapa kau sudah mau liburan saja?”

“Aku akan menetap disana” badan Xiyeon membeku, bukan karena udara dingin yang menusuk, tapi karena ucapan Chani yang terus terngiang-ngiang di kepalanya.

“Kau bilang, kau tidak ingin aku meninggalkanmu? Tapi kenapa sekarang kau yang harus pergi”

“Aku tidak bisa membantah perintah orang tua ku, kau tau itu kan?” Chani masih tetap menunduk, menyembunyikan air matanya yang perlahan jatuh.

“Tapi kau akan kembali kan?” Chani hanya diam tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Xiyeon.

“Kang Chani!!! Jawab aku!!” karena tidak ada jawaban dari Chani, Xiyeon pun menggoncang tubuh Chani, menyuruhnya untuk menatap Xiyeon.

“Maafkan aku” tubuh Xiyeon lemas seketika, ketika melihat wajah Chani yang basah oleh air mata.

***

5 tahun kemudian

Chani menghela nafas dalam-dalam, merasakan lagi udara kota Seoul yang sangat dia rindukan, ingatannya kembali menerawang jauh disaat dia merasakan perasaan bahagia dan hangat yang hanya dia rasakan sebelum dia meninggalkan negara kelahirannya.

Langkah kaki Chani berhenti di taman bermain yang menyimpan sejuta kenangan indah baginya, bibirnya mengukir senyum tipis saat banyak anak-anak yang bermain dan berlari mengejar gelembung-gelembung yang semakin terbang menjauh.

Tubuhnya membeku, jantungnya berdebar kencang saat pandangannya mendapati gadis yang selama ini selalu dirindukannya berada tak jauh di hadapannya. Tengah tersenyum manis, senyum yang sangat dia rindukan.

Perlahan kaki Chani berjalan menghampiri gadis itu dan masih menatapnya tanpa bisa melepaskan pandangannya pada gadis itu.

“Bagaimana kabarmu Kang Chani?” gadis itu tersenyum walau pun matanya berkaca-kaca, tak jauh berbeda dengan keadaan Chani sekarang.

“Aku kembali Park Xiyeon” Chani mengukir senyum terbaiknya di ikuti oleh tetes air mata bahagia yang meluncur dari mata indahnya.

Di peluknya gadis yang selama ini selalu memenuhi pikirannya itu, Chani hanya ingin waktu berhenti sebentar saja, dia ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Xiyeon.

“Aku sangat merindukanmu Xiyeon-ah” Chani berbisik lembut, dan semakin mengeratkan pelukannya, seakan tak ingin kehilangan sosok gadis itu lagi.

“Kau jahat! Kenapa tidak memberiku kabar? Aku hampir mati karena memikirkanmu bodoh” Chani terkekeh kala merasakan pukulan-pukulan Xiyeon di punggungnya.

“Aku minta maaf, tapi mulai sekarang aku akan selalu berada disampingmu”

Tes

Rintikan hujan semakin deras dan kedua orang itu pun tertawa renyah sebelum akhirnya berlari sambil bergandengan tangan, dengan senyum bahagia yang selalu terukir di bibir mereka.

Sekali lagi mereka merasakan kehangatan itu lagi di tengah dinginnya air hujan yang semakin deras, itu tidak masalah selama mereka selalu bersama dan bergandengan tangan.

Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

FF SEVENTEEN A Night With You

A Night With You A story line by ER Ficlet || AU, Fluff || G Cast: Lee Seokmin (DK SVT) and Choi Yuna (Yuju GFriend)  Di...